Senin pagi yang teduh di Bascame LPP NU Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama di Desa Gayam, Kecamatan Gondangwetan, Pasuruan terasa sedikit berbeda dari biasanya. Jalanan desa yang biasanya tenang, hari itu dipenuhi suasana hangat dan tawa riang dari sekelompok tokoh yang sedang bersilaturahmi.
Tampak dari kejauhan, beberapa tokoh lokal dan provinsi berjalan berdampingan. Tak ada formalitas berlebihan. Tak ada panggung. Tak ada mic dan banner besar. Hanya obrolan santai yang dibalut niat besar—menyentuh hati rakyat lewat jalan ekonomi: UMKM.
Titik Temu Dua Tokoh: Syamsul Ma’arif dan Noval
Pertemuan itu diinisiasi oleh dua sosok yang cukup disegani di Kabupaten Pasuruan: Syamsul Ma’arif, Ketua DPC Partai Bulan Bintang (PBB) sekaligus Ketua PC LPP NU Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama Kabupaten Pasuruan; dan Noval, Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari Partai Demokrat, yang juga menjabat Ketua DPC Demokrat Kabupaten Pasuruan.
Keduanya datang tidak sebagai wakil partai semata, tapi sebagai tokoh yang peduli pada kondisi nyata masyarakat—terutama di sektor ekonomi rakyat bawah. Lokasi pertemuan pun tidak dipilih di hotel mewah atau ruang rapat resmi. Mereka bertemu di Bascame LPP NU, sebuah tempat yang sangat dekat dengan denyut kehidupan masyarakat diperdesaan.
Momen ini terasa istimewa karena menjadi pertemuan pertama antara DPC PBB dan DPC Demokrat yang membahas kerja sama riil untuk pembangunan lokal, terutama di bidang penguatan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Dalam suasana penuh kekeluargaan itu, lahir percakapan mendalam tentang harapan, tantangan, dan peluang.
Membincang Realita UMKM dan Petani dari Pinggiran
Diskusi tidak dibuka dengan pidato. Tidak juga dengan presentasi PowerPoint. Semuanya mengalir seperti air, dimulai dari obrolan ringan seputar kehidupan warga, lalu mengerucut pada hal-hal yang lebih strategis. Banyak pelaku UMKM di Pasuruan—mulai dari pengrajin, petani, pedagang kecil, hingga pengusaha rumahan—menghadapi kendala klasik: keterbatasan modal usaha, Bibit, Benih, Pupuk, akses pasar, dan pendampingan sistem bisnis yang berkelanjutan.
Syamsul Ma’arif menyoroti bahwa selama ini sebagian banyak program pemerintah belum menyentuh pelaku usaha kecil secara efektif. Sementara Noval menegaskan pentingnya membangun sistem kolaborasi yang kuat antara elemen politik, keagamaan, dan masyarakat sipil agar program yang baik tidak berhenti di atas kertas.
“Kalau kita hanya bertumpu pada program APBD, maka cakupannya terbatas. Tapi kalau kita kolaborasi—bikin gerakan gotong royong berbasis komunitas dan jejaring modal—UMKM bisa benar-benar naik kelas,” ujar Noval.
Bukan Sekadar Seremonial: Akar Kuat dari NU
Menariknya, pertemuan ini tidak lepas dari kekuatan jaringan NU di akar rumput. LPP NU (Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama Nahdlatul Ulama) yang selama ini membina banyak kelompok Pertanian dan usaha di berbagai desa, menjadi jembatan penting antara warga dan para pembuat kebijakan.
PC LPP NU Kabupaten Pasuruan hadir bukan sebagai penonton. Para pengurus aktif berdialog, menyampaikan usulan, bahkan merancang skema kolaborasi sederhana yang bisa langsung diuji coba. Mulai dari Pembibitan benih, Penanaman Padi Jagung dll hingga pemprosesan termasuk koperasi berbasis pesantren, model arisan modal usaha, hingga pelatihan digital marketing untuk santri wirausaha.
“Kami bukan hanya ingin dibantu, tapi ingin berjalan bersama,” ujar salah satu pengurus LPP NU dengan nada yakin.
Tidak Muluk-muluk, Tapi Nyata
Satu hal yang membedakan pertemuan ini dari forum-forum biasa adalah kejujurannya. Tidak ada janji besar yang sulit dipenuhi. Tidak ada narasi bombastis. Yang ada adalah kesepahaman: mari mulai dari langkah kecil, dari LPP NU Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama.
Noval, sebagai anggota DPRD Jatim, menyatakan kesiapannya mengawal aspirasi ini ke tingkat provinsi. Sementara Syamsul Ma’arif dan jajarannya menyiapkan struktur dan data lapangan agar program tidak melenceng dari kebutuhan riil masyarakat.
Pertemuan lanjutan? Belum dijadwalkan secara rutin. Tapi komitmen untuk lanjut tetap hidup. Mereka sepakat bahwa setiap langkah ke depan harus organik, sesuai kebutuhan lapangan, Ketahanan Pangan dan berbasis kepercayaan.
Simbol Baru dari Politik Kolaboratif
Di tengah suasana politik yang sering kali penuh dinamika dan konflik kepentingan, momen seperti ini menyajikan wajah lain dari politik—yakni politik kolaboratif yang berpihak pada rakyat. Ketika dua partai berbeda bisa duduk bersama, tertawa bersama, dan menyusun rencana bersama demi kepentingan rakyat kecil, maka di sanalah harapan itu tumbuh.
Foto yang tertangkap kamera bukan hanya potret kunjungan biasa. Ia merekam titik temu antara idealisme, jaringan sosial, dan semangat perubahan. Dari Para Petani dan Pengusaha, suara kecil ini menyebar ke seluruh Kabupaten Pasuruan: bahwa perubahan tidak harus datang dari atas, tapi bisa dimulai dari obrolan santai di Bascame LPP NU Kab. Pasuruan.
Catatan Penutup:
Mungkin LPPNU bukan pusat kekuasaan. Tapi hari itu, di sana tumbuh benih kolaborasi yang bisa jadi contoh—bahwa jalan membangun Pertanian dan Perekonomian rakyat adalah jalan panjang, yang harus dilalui dengan kesabaran, kerja sama, dan niat yang lurus.
Tidak ada komentar: